Indonesia Milik Siapa ?

       Baru-baru ini kita digemparkan oleh berita kedatangan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud yang bersama sekitar 1.500 orang yang berkunjung di Indonesia pada tanggal 1-9 Maret untuk melakukan kerjasama bilateral dengan Negara tercinta Indonesia. Dalam pertemuan dua Negara Indonesia dan Arab menghasilkan suatu kerjasama atau kesepakatan yang terdiri dari 10 nota, berikut 10 nota kesepahaman yang ditanda tangani oleh kedua Negara :
  1. Deklarasi pemerintah kerajaan Arab Saudi perihal peningkatan pimpinan sidang komisi bersama Menteri Luar Negri RI dan Mentri Urusan Luar Negri Arab Saudi.
  2.  Pendanaan Saudi terhadap pembiayaan proyek pembangunan atas Sauddi Fund For Devolepment dan pemerintahan Republik Indonesia ditandatangani oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dan wakil direktur Saudi fund.
  3. Nota kesepahaman kesepakatan kerja sama kebudayaan antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Kementerian Kebudayaan dan Informasi Kerajaan Arab Saudi.
  4. Program kerja sama antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kerajaan Arab Saudi mengenai Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah.
  5. Nota kesepahaman antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi dibidang kerjasama kesehatan.
  6. Nota kesepahaman mengenai kerjasama bidang aeronautica antara otoritas aero nautical pemerintah Republik Indonesia (Menteri Perhubungan) dan Kerajaan Arab Saudi.
  7. Program kerja sama kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan Kerajaan Arab Saudi dalam bidang kerjasama Scientifiic dan pendidikan tinggi
  8. Nota kesepahaman antara Kementerian Agama Republik Indonesia dan Kementerian Urusan Islam Dakwah dan bimbingan Kerajaan Arab Saudi dibidang urusan Islam.
  9. Program kerjasama perdagangan antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kementerian Perdagangan dan Investasi Kerajaan Arab Saudi.
  10. Perjanjian keja sama dalam pemberantasan kejahatan antara Kepolisian Negara Repuublik Indonesia dan Kementrian Dalam Negri Kerajaan Arab Saudi. (buka di http//m.liputan6.com/news/read/2872762/Indonesia-teken-10-kerja-sama-dengan-arab-saudi-apa-saja )

Disepakati kerja sama dengan Arab Saudi- Indonesia senilai 93 triliun tentu itu merupakan nilai yang fantastis banyak sekali sumber-sumber yang menyatakan nilai investasi Arab Saudi lebih dari 93 triliun. Tentu mungkin bagi kita pribadi kerja sama yang terjadi antara Arab Saudi dan Indonesia menjadi suatu hal yang luar biasa , memang luar biasa tapi perlu kita sadari lagi bahwa Pemimpin-Pemimpin Negara kita banyak yang berpikiran layaknya koruptor seberapa besar investasi yang sudah kita dapatkan seberapa banyak kerja sama yang sudah dilakukan namun nyatanya sampai detik ini hutang Negara kita semakin bertambah dan terus bertambah.
            Kesedihan yang teramat dalam bagi diri saya pribadi melihat situasi dan kondisi yang terjadi dinegara tercinta ini, masyarakat hidupnya bukan terjamin namun semakin terjepit akan kebutuhan-kebutuhan ekonomi. Buktinya dari tahun ketahun kriminalitas yang terjadi semakin menjadi-jadi. Contoh kecil kejahatan penculikan anak, perampokan, pembegalan,dll . Kejahatan-kejahatan yang tidak manusiawi terjadi dimana-mana. Jika kita berbicara situasi dan kondisi Negara ini teramat menyedihkan dan mengerikan, masyarakat dibodohi dengan materi diperbudak dengan materi sehingga segala sesuatu yang menjadi barometer adalah materi. Sehingga rasa toleransi, saling mengasih I dan tolong menolong sebagai suatu hal langkah untuk dijumpai. Indonesia sudah mulai melupakan jati diri yang sebenarnya sanggat menjijikan bila semua itu terus menerus dibiarkan.
            Teori mengatakan setidaknya ada 5 ciri-ciri yang menonjol dalam “ Demokrasi Ekonomi “ yang saya dapatkan dibangku kuliah. Lima ciri-ciri tersebut adalah :
  1.    Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
  2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
  3. Bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.
  4. Hak milik perseorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
  5. Fakir miskin dan anak-anak terlantar memperoleh jaminan sosial.

Dari segi teori yang ada sungguh luar biasa bagusnya sistem Demokrasi Ekonomi, pada dasarnya kesejahteraan rakyat yang menjadi cita-cita namun setelah saya amati terdapat hal-hal yang kurang baik dalam pelaksanaan Demokrasi Ekonomi, sedikitnya ada tiga penyakit kronis yang dialami oleh masyarakat Indonesia , yaitu :
  • .       Free Fight Liberalism

Maksud dari free Fight Liberalisms ini adalah dimana kita memiliki kebebasan ekonomi yang sebebas bebasnya tanpa mempertimbangkan orang lain. Kalau saya mengatakan ini seperti penyakit ekonomi yang cuek kepada orang lain. Yang terpenting mendapatkan keuntungan yang banyak tanpa memperdulikan orang lain
  • Sistem Etatisme

Segalanya diatur oleh pusat, seperti halnya yang terjadi di Aceh dimana kita tahu masalah Aceh dulu yang sempat memanas masalah penghasilan dari Aceh di boyong ke Propinsi yang kekeringan salah satunya Timor Leste dulu yang masih menjadi bagian Negara Indonesia, segala kekayaan Aceh di ratakan kepada suluh propinsi yang kekurangan tanpa memperdulikan rakyat Aceh yang masih belum sejahtera.
  • .       Sistem Monopoli

Ini mengingatkan kita pada tempoh penjajahan Belanda dulu yang memonopoli perekonomian Indonesia, semoga ini tidak terulang kembali.
Saat ini yang paling terasa kita berada dalam system free fight liberalism dimana perekonomian ini sangatlah bebas sebebas bebasnya.
            Saat ini disadari atau tidak kita dihadapkan dengan kondisi ekonomi yang sangat liberal dimana penguasa adalah mereka yang memiliki modal yang besar “Kapital” seperti yang saya katakana sebelumnya bahwa yang menjadi raja adalah uang, karena dengan uang kita mempunyaikekuasaan dan dengan kekuasaan kita mampu mempengaruhi politik suatu Negara. Itulah kenyataan yang saya rasakan sampai hari ini, inikah kehidupan dunia yang bebas? Mengingat sejarah terdahulu bahwa digambarkan suatu hal yang sangat harmonis antar masyarakat semua berpegang teguh pada agama dan saling toleransi dan tolong menlong/gotong royong, kapankah saya bisa hidup dizaman seperti itu? Sayang sekali kehidupan yang saya jalani hari ini sungguh kehidupan yang panas, bayak lahan yang digunakan untuk pabrik udara yang kotor manusia yang diperbudak jabatan dan uang dan parahnya lagi saya hidup dengan berdampingan manusia yang ganas dan individualisme.
            Kerjasama-kerjasama yang baru baru ini dilakukan oleh Indonesia yang katanya akan membawa dampak positif salah satunya dalam bidang perekonomian Indonesia sama halnya dengan perjanjian-perjanjian sebelumnya yang katanya pun akan memperbaiki perekonomian Indonesia nyatanya? Yang merasakan kesejahteraan hanya segelintir orang saja. Bagaimana tidak yang saya rasakan dari waktu ke waktu semakin panas dan sampai sekarang saya pribadi masih belum merasakan bagaimana sejahteranya Indonesia.
            Perusahaan-perusahaan asing silih berganting datang ke Indonesia tentunya dengan membawa beribu-ribu tenaga kerja dari negaranya masing-masing. Wow sungguh luar biasa kita melakukan kerjasama yang sangat menguntungkan dalam jangka yang sangat pendek, bagaimana dengan nasib kaum yang marjinal? pemimpin-pemimpin negri ini apa tidak memperhitungkan jikalau Negara lain membuat perusahaan di Indonesia dan  membawa tenaga kerja sendiri maka apa yang akan dilakukan oleh masyarakat Indonesia? Dimana kita akan mendapatkan uang?
Selain itu segala barang atau produk di impor dari luar negri yang harganya lebih murah dari barang dalam negri. Tentu hal ini akan mematikan bahkan mengahancurkan segala usaha yang dirintis oleh warga dalam negri sendiri.
            Kenapa dengan mudahnya saya berkata demikian karena saya hanya melihat fakta yang terjadi dimana otak-otak pemilik modal hampir lebih dari 50% adalah milik non pribumi. Sedangkan kaum pribumi kalau saya boleh bilang hanya sebagai buruh berdasi. Pribumi bekerja dengan mereka yang notabennya bukan warga Negara Indonesia apapun itu pekerjaannya kita hanya mampu dan cukup dengan menjadi buruh-buruh mereka. Mereka merampas apa yang seharusnya menjadi milik kita namun mereka yang mengambil meski sudah sah menurut pandangan hukum dengan selembar kertas namun dampaknya sungguh sagat lah kita rasakan, lihat saja jika semua ini terus berlanjut Indonesia bukan menjadi milik Pribumi tapi menjadi milik pemilik modal, pribumi hanya sebagai buruh yang patuh dan taat kepada atasan layaknya kita seperti boneka yang entah bisa suatu saat dibuang dan dianti dengan teknologi. Hahahaha tertawa dengan melihat situasi yang saat ini terjadi bagaimana mereka akan mengurangi angka pengangguan bila segalanya diganti dengan mesin. Tenaga manusia tidak akan berguna lagi.
            Saya juga mengamati di daerah Lamongan sendiri banyak berdiri supermarket mini yang nantinya akan mematikan usaha-usaha kecil masyarakat, lantas apa hubungannya dengan perekonomian masyarakat? Jikalau supermarket mini semakin banyak maka tentu toko kecil akan mati karena orang pasti akan membeli barang yang lebih murah di supermarket mini.
Sekali lagi saya  tegaskan bahwa yang mengendalikan perekonomian bukan pribumi tapi pemilik modal jadi apa yang akan dilakukan oleh masyarakat jika usaha mereka lambat laun akan mati dan yang terjadi kita hanya akan menjadi pengemis berdasi . angka kemiskinan yang terbilang berkurang itu memang benar adanya berkurang, berkurang bukan karena sejahtera tapi mati karena tidak bisa bersaing dalam kehidupan yang seperti neraka dunia. Secara teori demokrasi yang katanya segalanya ada ditangan rakyat,namun ekspetasi tidak sesuai dengan kenyataan. Timbul pertanyaan yang ingin saya ajukan, apa yang anda rasakan saat ini sebagai rakyat Indonesia? Sudakah merasakan kesejahteraan yang mutlak? silahkan jawab sesuai keadaan yang anda alami.
            Kira-kira salah atau tidak jika saya berpendapat bahwa Negara Indonesia bukan milik Warga Negra Indonesia namun milik mereka yang memiliki Uang dan Kekuasaan. Semoga saja pendapat saya ini salah agar secepatnya kita memiliki Indonesia seutuhnya. Berapa banyak Sumber Daya Alam di Indonesia yang di ekspor keluar negri dengan harga yang murah dan kembali ke Indonesia dengan harga berlipat-lipat. Jika seperti ini siapa yang salah ?
            Tentu kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa selain diri kita sendiri. Bagaimana tidak kita juga dikarunia otak dan akal sama seperti manusia pada umumnya. Gunakan itu untuk merebut kembali kekuasaan jangan mudah dibohongi oleh penguasa. Semua pilihan ada ditangan kita apa cukup menjadi buruh berdasi atau menjadi bos , terkadang saya melihat banyak sekali mereka yang sudah puas menjadi buruh yang bayarannya tinggi , seberapa banyak bayaran yang kamu dapatkan tetap saja nama mu adalah buruh lebih kasar lagi babu lebih kasar lagi jongos kaum kapital.
            Apa kaum pribumi tidak bisa mengelolah SDM yang ada agar mampu mempengaruhi perekonomian Negara? Tentu mampu bila otak dan akal bekerja secara seimbang. Kita dari kecil sudah dibodohi dengan materi yang menjadikan kita bangga menjadi seorang buruh mengejar jabatan yang memiliki gaji menggiurkan, pikiran rakyat Indonesi dai kecil  tidak disetel sebagai seseorang yang berpikir kreatif,inovatif dan mandiri hanya cukup puas menjadi manajer,PNS,pekerja pabrik,dll yang hanya terfous pada nilai uang saja, seandainya dari kecil sudah dibiasakan hidup kreatif inovatif dan mandiri mungkin kita tidak akan terlau bergantung dengan investasi Negara lain dan hutan Indonesia semakin hari tidak membengkak. Sampai kapan kita harus menanggung hutang yang begitu luar biasa nominalnya ?
            Mulai sekarang belajarlah menjadi seorang yang reatif bukan menjadi buruh dan jadilah kamu seseorang yang membuka lapangan pekerjaan dan tidak bergantung dengan Negara karena yang memiliki Negara ini bukan lagi kita melainkan pemilik modal , lama kelamaan Negara Indonesia bisa dijual termasuk orang-orang didalamnya. Apapun usaha yang kita lakukan setidaknya itu menjadi milik kita, kita bukan lagi babu yang bingung mencari-cari kerja. Jangan mencari kerja tapi carilah pekerja saingi mereka yang memiliki modal dan kekuasaan agar suatu saat kita sendiri yang mampu mengendalikan perekonomian Indonesia.
            Semoga kita tidak pernah puas dan mampu berfikirkritis dan jangka panjang agar kita tidak tertindas denga keadaan negara yang seperti ini, seharusnya ini menjadi semangat kita dalam memperbaiki situasi yang ada   . terus belajar dan berkembang dan jasdikan agama sebagai pedoman agar hidup yang kita jalani selama ini mendapatkan Ridho Allah SWT.
Artikel Opini
Lia Saputri Cahyani Kabid IMMAWATI
PK IMM STIE Muhammadiyah Paciran-Lamongan
2016-2017


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

IDEOLOGI IMM (IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH) : Historis IMM, 6 penegasan IMM dan Tri Kompetensi Dasar IMM