IDEOLOGI IMM (IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH) : Historis IMM, 6 penegasan IMM dan Tri Kompetensi Dasar IMM
Oleh : Muhammad Kholis
I.
Historis IMM
Sejarah Berdirinya Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan bagian dari AMM (Angkatan
Muda Muhammadiyah) yang merupakan organisasi otonom di bawah Muhammadiyah.
Sesungguhnya ada dua faktor integral yang
melandasi kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, yaitu faktor intem dan fakor
ekstern.
1.
Faktor intem dimaksudkan yaitu faktor yang
terdapat didalam diri Muhammadiyah itu sendiri.
2.
Fakor ekstern adalah faktor yang berawal dari
luar Muhammadiyah, khususnya umat Islam di Indonesia dan pada umumnya apa yang
terjadi di Indonesia.
Faktor intern, sebenarnya
lebih dominan dalam bentuk motivasi idealismse, yaitu motif untuk mengembangkan
ideologi Muhammadiyah, yaitu faham dan cita cita Muhammadiyah. Sebagaimana kita
ketahui bahwa Muhammadiyah pada hakekatnya adalah sebuah wadah organisasi yang
punya cita-cita atau tujuan yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam,
sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridloi oleh Allah
SWT. Hal ini termaktub dalam AD Muhammadiyah Bab II pasal 3. dan dalam
merefleksikan cita-citanya ini, Muhammadiyah mau tidak mau harus bersinggungan
dengan masyarakat bawah (jelata) atau masyarakat heterogen. Ada masyarakat
petani, pedagang, peternakan dan masyarakat padat karya dan ada masyarakat
administratif dan lain sebagainya yang juga termasuk didalamnya masyarakat
kampus atau intelektual yaitu Masyarakat Mahasiswa.
Persinggungan
Muhammadiyah dalam maksud dan tuiuannya, terutama terhadap masyarakat
mahasiswa, secara teknisnya bukan secara langsung terjun mendakwahi dan
mempengaruhi mahasiswa yang berarti orang-orang Mahasiswa, khususnya para mubalighnya
yang langsung terjun ke mahasiswa. Tapi dalam hal ini Muhammadiyah memakai
teknis yang jitu yaitu dengan menyediakan yang memungkinkan menarik animo atau
simpati mahasiswa untuk memakai fasilitas yang telah disiapkan.
Pada mulanya
para mahasiswa yang bergabung atau yang mengikuti jejak-jejak Muhammadiyah oleh
Muhammadiyah dianggapnya cukup bergabung dalam organisasi otonom yang ada dalam
Muhammadiyah, seperti Pemuda Muhammadiyah (PM) Yang diperuntukkan pada
mahasiswa dan Nasyi'atul Aisyiyah (NA) untuk mahasisiwi yang lahir pada 27
Dzulhijjah 1349 H dan Pemuda pada tanggal 25 Dzulhiijjah 1350 H.
Anggapan
Muhammadiyah tersebut lahir pada saat-saat Muhammadiyah bermuktamar ke-25 di
Jakarta pada tahun 1936 Yang pada saat itu dihembuskan pula cita-cita besar
Muhammadiyah untuk mendirikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan pada saat
itu pula Pimpinan Pusat (PP) Yang dipegang oleh KH. Hisyam (periode 1933-1937).
Dan pada dikatakan bahwa anggapan dan pemikiran mengenai perlunya menghimpun
mahasiswa yang sehaluan dengan Muhammadiyah yaitu sejak konggres ke-25
tersebut.
HMI adalah anak
Muhammadiyah
Namun demikian
keinginan untuk menghimpun dan membina mahasiswa Muhammadiyah pada saat itu
masih vakum, karena pada waktu itu Muhammadiyah masih belum memiliki Perguruan
Tinggi seperti yang diinginkannya sehingga para mahasiswa yang berada di
Perguruan Tinggi lain baik negeri ataupun swasta yang sudah ada pada waktu itu
secara ideologi tetap berittiba' pada Muhammadiyah dalam kondisi tetap mereka
harus mau bergabung dengan PM, NA ataupun Hizbul Wathon (HW). Pada perkembangan
keberadaan mereka yang berada dalam ketiga organisasi otonom tersebut merasa
perlu adanya perkumpulan khusus mahasiswa yang secara khusus anggotanya terdiri
dari mahasiswa Islam. Alternatif yang mereka pilih yaitu bergabung dalam
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Bahkan ada image waktu itu yang menyatakan
bahwa HMI adalah anak Muhammadiyah yang diberi tugas khusus untuk membawa
mahasiswa dalam misi dan visi yang dimiliki oleh Muhammadiyah, karena waktu itu
ditubuh HMI sendiri dipegang oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang secara aktif
mengelola HMI.
Pada waktu itu
Muhammadiyah secara kelembagaan turut mengelolai HMI baik dari segi moral
ataupun material, sampai belakangan ini menurut data-data yang ada di PP
Muhammadiyah menyatakan bahwa Muhammadiyah (terutama PTM dan RS Sosial) secara
materiil turut membiayai hampir setiap aktifitas HMI baik mulai dari tingkat
konggres sampai aktifitas sehari -hari. Disinilah sekali lagi bukan HMI yang
turut menelorkan tokoh-tokoh Muhammadiyah tapi sebaliknya bahwa Muhammadiyah
yang dulu ikut aktif membesarkan HMI. Mengapa hal itu dilakukan? Jawabannya
seperti dikemukakan diatas, yaitu bahwa HMI diharapkan akan tetap konsisten
dengan faham keagamaan yang diilhami oleh Muhammadiyah. Namun pada
perkermbangannya dahulu mengalami perubahan-perubahan khususnya dalam
independensi diinginkan oleh Muhammadiyah oleh Muhammadiyah lebih cenderung
liberal dalam segala dalam segala aliran yang ada dalam teologi Islam boleh mewarnai
tubuh HMI aliran-aliran Asy'ariyah (cenderung menghidupkan kembali
sunnah-sunnah rosul), aliran syi'ah (yang cenderung mengkultuskan syaidina Ali
bin Abi Tholib r.a), Mu'tazilah, nasionalisme, sekularisme, pluralisme lainnya.
Sementara dalam Muhammadiyah tidaklah independensi Muhammadiyah ditekankan pada
berpendapat namun masih dalam konteks wacana Islam masih tetap berideologi
Al-quran dan As-sunnah dalam Muhammadiyah tidak mengenal madzab-madzab yang ada
seperti madzab Syafi`i, Hambali dan Maliki. Melihat fenomena diatas, HMI yang
kian melesat kealam berideologi tersebut maka dengan diplomasinya pihak PP
Muhammadiyah mengeluarkan suatu policy atau kebijakan yaitu menyelamatkan
kader-kader Muhammadiyah yang masih berada dijenjang pendidikan menengah atau
Pendidikan Tinggi.
Pada tanggal 18
Nopember 1955 keinginan Muhammadiyah untuk mendirikan PTM ini, PP Muhammadiyah
melalui struktur kepemimpinannya membentuk departemen pelajar dan mahasiswa
yang menampung aspirasi aktif dari para pelajar dan mahasiswa. Maka pada saat
Muktamar Pemuda Muhammadiyah pertama di Palembang tahun 1956 di dalam
keputusannya menetapkan langkah ke depan Pemuda Muhammadiyah tahun 1956-1959
dan dalam langkah ini ditetapkan pula usaha untuk menghimpun pelajar dan
mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau warga
Muhammadiyah yang mampu mengemban amanah.
Untuk lebih
merealisasikan usaha PP Pemuda Muhammadiyah tersebut maka lewat KOPMA
(Konferensi Pimpinan Daerah Muhammadiyah) se-Indonesia pada tanggal 5 Shafar
1381/18 Juli 1962 di Surakarta, memutuskan untuk mendirikan IPM (Ikatan Pelajar
Muhammadiyah). PP Pemuda Muhammadiyah pada saat KONPIDA ini masih belum
berhasil melahirkan organisasi khusus Mahasiswa Muhammadiyah. Pada saat itu
nasib boleh duduk dalam kepengurusan IPM.
Sehubungan
dengan semakin berkembangnya PTM yang dirintis oleh Fakultas Hukum Dan Filsafat
di Padang Panjang yang berdiri pada tanggal 18 Nofember 1955 namun karena
peristiwa pemberontakan PRRI kedua fakultas tersebut vakum, kemudian berdiri di
Jakarta PT Pendidikan guru yang kemudian berganti nama menjadi IKIP. Pada tahun
1958 dirintis fakultas serupa di Surakarta, di Yogyakarta berdiri akademi
Tabligh Muhammadiyah dan di Jakarta berdiri pula FIS (Fakultas Ilmu Sosial)
yang sekarang UMJ. Karena semakin berkembangnya PTM-PTM yang sudah ada maka
pada tahun 1960-an ide-ide untuk menangani khusus mahasiswa Muhammadiyah
semakin kuat.
PP Pemuda
Muhammadiyah yang oleh PP Muhammadiyah dan Muktamar ke-I di Palembang (1956)
dibebani tugas untuk menampung aspirasi aktif para Mahasiswa Muhammadiyah,
segera membentuk Study Group yang khusus Mahasiswa yang berasal dari Malang,
Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Padang, Ujung Pandang dan Jakarta. Menjelang
Muktamar Muhammadiyah setengah abad di Jakarta tahun 1962 mengadakan kongres
Mahasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta dan dari kongres ini semakin santer upaya
para tokoh Pemuda untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan untuk berdiri
sendiri. Pada 15 Desember 1963 mulai diadakan pejajagan dengan didirikannya
Dakwah mahasiswa yang dikoordinir oleh : Ir. Margono, Dr. Sudibjo Markoes dan
Drs. Rosyad Saleh. Ide pembentukan ini berasal dari Drs. Moh. Djazman yang
waktu itu sebagai Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah. Dan sementara itu desakan
agar segera membentuk organisasi khusus mahasiswa dari berbagai kota seperti
Jakarta dengan Nurwijo Sarjono MZ. Suherman, M. yasin, Sutrisno Muhdam, PP
Pemuda Muhammadiyah dll-nya.
Akhirnya dengan
restu PP Muhammadiyah waktu itu diketuai oleh H.A. Badawi, dengan penuh
bijaksana dan kearifan mendirikan organisasi yang khusus untuk Mahasiswa
Muhammadiyah yang diketuai oleh Drs. Moh. Djazman sebagai koordinator dengan
anggota M. Husni Thamrin, A. Rosyad Saleh, Soedibjo Markoes, Moh. Arief dll.
II. 6 Penegasan IMM
Pendiri Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah dan pencetus nama IMM adalah Drs. Moh. Djazman Al-kindi
yang juga merupakan koordinator dan sekaligus ketua pertama. Muktamar IMM yang
pertama pada 1-5 Mei 1965 di kota Barat, Solo dengan menghasilkan deklarasi
yang dibawah ini
1.
IMM adalah gerakan Mahasiswa Islam
2.
Kepribadian Muhammadiyah adalah Landasan
perjuangan IMM
3.
Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa
dalam Muhammadiyah (sebagai stabilisator dan dinamisator).
4.
Ilmu adalah amaliah dan amal adalah Ilmiah IMM.
5.
IMM adalah organisasi yang syah-mengindahkan
segala hukum, undang-undang, peraturan dan falsafah negara yang berlaku.
6.
Amal IMM dilakukan dan dibaktikan untuk
kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Selanjutnya
yang juga termasuk faktor intem dalam melahirkan IMM adanya motivasi etis
dikalangan keluarga Muhammadiyah. Dalam upaya mewujudkan maksud dan tujuan
Muhammadiyah baik yang berada di struktural ataupun diluar dan simpatisan, baik
yang berekonomi atas, menengah ataupun bawah harus dapat memahami dan mengetahui
Muhammadiyah secara general ataupun secara spesifik sehingga tidak muncul
kader-kader Muhammadiyah yang radikal (berwawasan sempit). Penegasan motivasi
etis ini sebenarnya merupakan interpretasi (pemahaman) dari firman Allah SWT.
dalam QS. Al-Imran:104 dan diharapkan kader-kader Muhammadiyah yang khusunya
IMM dapat merealisaasikan motivasi etis diantaranya dengan melakukan dakwah
amar ma`ruf nahi munkar, Fastabiqul Khoirot (berlomba-lomba dalam kebajikan
& demi kebaikan).
Faktor Ekstern, yaitu
sebagaimana yang tersebut diatas baik yang terjadi ditubuh umat Islam sendiri
ataupun yang terjadi dalam sejarah pergolakan bangsa Indonesia, yang terjadi
dimasyarakat Indonesia pada zaman dahulu hingga sekarang adalah sama saja,
yaitu kebanyakan mereka masih mengutamakan budaya nenek moyang yang
mencerminkan aktifitas sekritistik dan bahkan anemistik yang bertolak belakang
dengan ajaran Islam murni khususnya dan tidak lagi sesuai dengan perkembangan
zaman. Hal semacam ini memunculkan signitifitasi (bias) yang begitu besar,
utamanya pada kalangan mahasiswa Yang memiliki kebebasan akademik dan
Seharusnya memiliki pola pikir yang jauh, namun karena dampak budaya masyarakat
yang demikian membumi, mereka akan menjadi jumud dan mengalami kemunduran.
- IMM lahir karena HMI dibubarkan
Pergolakan OKP
(Organisasi Kemasyarakatan Pemuda) atau Organisasi Mahasiswa periode 50 sampai
65-'an terlihat menemui jalan buntu untuk mempertahankan indpendensi mereka dan
partisipasi aktif dalam pasca Proklamasi (era kemerdekaan) RI. hal ini terlihat
sejak pasca Konggres Mahasiswa Indonesia pada 8 Juli 1947 di Malang Jawa Timur,
yang terdiri dari HMI, PMKRI, PMU, PMY, PMJ, PMKH, MMM, SMI, yang kemudian
berfusi (bergabung) menjadi PPMI (Perserikatan Perhimpunan-perhimpunan
Mahasiswa Indonesia). PPMI pada mulanya tampak kompak dalam menggalang
persatuan dan kesatuan diantara mahasiswa, namun sejak PPMI menerima anggota
baru pada tahun 1958 yaitu CGMI yang berkiblat dan merupakan anak komunis
akhirnya PPMI mengalami keretakan yang membawa kehancuran. PPMI secara resmi
membubarkan diri pada Oktober 1965.
Sebenamya PPMI
sebelum membubarkan diri, sekitar tahun 1964-1965 masing-masing organisasi yang
berfusi dalam PPMI itu saling berkompetisi dan sok revolosioner untuk merebut
pengaruh para penguasa waktu itu, termasuk juga Bung Karno Yang tak luput dari
incaran mereka. Hal ini diakibatkan karena masuknya CGMI kedalam PPMI yang
seakan mendapatkan legitimasi dari pihak penguasa waktu itu sehingga CGMI (PKI)
terlihat besar. HMI pun saat itu juga merevolosionerkan diri menjadi sasaran
CGMI (PKI), sehingga HMI hampir rapuh akibat ulahnya sendiri, karena pada saat
itu PKI merupakan partai terbesar dan pendukungnya selalu meneriakkan supaya
HMI dibubarkan. HMI melihat kondisinya yang rawan tidak tinggal diam, dengan
segala upaya untuk mengembangkan sayap dan memperkokohnya, HMI kembali berusaha
mendapatkan legitimasi kesana-kemari untuk menangkal serangan dari PKI yang
berusaha membubarkannya.
Pada saat HMI
semakin terdesak itulah IMM lahir, yaitu pada tanggal 14 Maret 1964. Inilah
sebabnya, ada stereotype atau persepsi yang muncul ke permukaan bahwa IMM lahir
sebagai penampung anggota-anggota HMI manakala HMI dibubarkan oleh PKI maka IMM
tidak perlu lahir. Namun persepsi yang terputar itu tidak rasional dan kurang
cerdas dalam menginterprestasi fakta dan data sejarah.
Interprestasi
Yang benar dan rasional sesuai dengan data dan fakta sejarah adalah IMM salah
satu faktor historisnya adalah untuk membantu eksistensi HMI agar tidak mempan
atas usaha-usaha yang akan membubarkannya. Sekali lagi bahwa kelahiran IMM
untuk membantu dan turut Serta mempertahankan HMI dari usaha- usaha komunis
yaitu PKI Yang akan membubarkannya dan sesuai dengan sifat IMM itu sendiri yang
akan selalu bekerjasama dan saling membantu dengan saudaranya (saudaranya
seaqidah Islam) dalam upaya beramar ma'ruf nahi mungkar Yang merupakan prinsip
perjuangan IMM.
Itulah sekilas
kelahiran IMM yang sampai sekarangpun masih ada oknum-oknum yang
mempersoalkannya (walaupun sudah terbit buku Yang menangkal isu tersebut dengan
judul 'Kelahiran Yang Dipersoalkan oleh Farid Fatoni). Dan sekarang kita telah
tahu bahwa IMM lahir memang merupakan suatu kebutuhan Muhammadiyah dalam
mengembangkan sayap dakwahnya dan sekaligus merupakan suatu aset bangsa untuk
berpartisipasi aktif dalam kemerdekaan ini.
Karena IMM
merupakan suatu kebutuhan intern dan ekstern itu pulalah, maka tokoh-tokoh PP
Pemuda Muhammadiyah yang berawal dari HMI kembali ke IMM sebagai anak atau
ortom Muhammadiyah. Mereka yang dulu turut mengembangkan HMI disebabkan karena
IMM belum lahir dan keterlibatan mereka dalam tubuh HMI hanya sebatas
mengembangkan ldeologi Muhammadiayah. Dan sampai sekarangpun HMI masih dimasuki
oleh kalangan mahasiswa dari berbagai unsur ormas Islam, yang pada akhimya
berbeda dengan orientasi Muhammadiyah. Mungkin, untuk menangkal klaim seperti
tersebut PP Pemuda Muhammadiyah diatas, adalah bahwa Para aktifis akan
berdirinya IMM & NA Yang berusaha mengusahakan berdirinya IMM tidak
terlibat dalam aktifitas HMI secara langsung maupun tidak langsung. Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah benar-benar murni didirikan oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Yang pada waktu itu diketuai oleh Bapak H.A. Badawi.
III.
TRI
KOMPETENSI DASAR IMM
Q.S. Ali-Imran:110 (Umat
Terpilih)
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ
لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Qs.3:110
Tri Kompetensi Dasar IMM:
1.
Keagaman
– Religiusitas
Sebagai organisasi kader yang berisikan nilai – nilai religuitas.
IMM akan senantiasa memberikan pembaharuan keagamaan menyangkut pemahaman
pemikiran dan realisasinya dalam kehidupan. Menjadikan Islam sebagai idealitas
sekaligus jiwa yang menggerakan. Motto yang harus kita realisasikan adalah
“Dari Islam kita berangkat (sebagai landasan dan semangat) dan kepada Islam
kita berproses (Islam sebagai Cita-cita)”
2.
Keintektualan
– Intektualitas
IMM berproses untuk menjadi pusat-pusat unggulan terutama dalam hal
intektual. Melalui wadah ini diharapkan kader-kader ikatan mampu menjadi
ide-ide pembaharuan dan pengembangan. Sebagai kader IMM harus mampu berfikir
universal tanpa tersekat-sekat oleh aklusivisme. Sebagai salah satu dari
kelompok Intektual yang memimpinkan kemajuan dalam berbagai lini kehidupan
3.
Kemasyarakatan
– Humanitas
Dalam melakukan perubahan tidak bisa kita lakuan dengan segudang
konsep, yang tidak kalah pentingnya adalah perjuangan mewujudkan kosep – konsep
tersebut atau ide-ide perubahan, Pada fase ini dibutuhkan kerja keras
semangat,ketabahan,kesabaran dan staminayang besar agar tidak berhenti di
tengah jala. Yang perlu disadari dan di bangun oleh kader-kader IMM adalah
dalam mewujudkan perubahan peradaban yang berkemajuan dalam kehidupan.
Sumber:
1.
Farid Fathoni Af. Kelahiran yang dipersoalkan.
(Surabya: PT Bina Ilmu, 1990)
2.
Abdul Halim Sani. Manifesto Gerakan Intelektual
Profetik IMM (Solo: Samudra Biru, 2009)
Makasi Atas ilmunya
ReplyDelete